eL-Hamidi

Multi-styled Text Generator at TextSpace.net

Senin, 17 Mei 2010

ANTARA FEBRUARI DAN AGUSTUS

Tangerang,Jum’at 27 Februari 2009. Ya… aku masih ingat hari dan tanggal itu. Hari yang sangat bersejarah bagiku dan akan kusimpan didalam memori kehidupanku untuk selamanya. Karena hari itu aku akan berpisah dari seluruh keluarga, saudara, serta sahabat-sahabatku tercinta demi melanjutkan studyku di Mesir. Aku salah seorang anak dari sembilan bersaudara. Dari keluarga yang besar. Keluarga yang selalu mendukung setiap langkah baikku. Aku merasa aku sangat beruntung sekali dilahirkan dan besar di keluarga ini. Banyak sekali pelajaran yang kudapatkan dari keluargaku baik itu orang tuaku, kakakku, bahkan adikku sekalipun.

Jum’at 06:30 WIB.Pagi yang cerah. Yang sangat pas kalau digunakan untuk duduk santai di teras rumah sambil menyantap teh hangat dan gorengan. Tapi pagi itu aku justru harus sudah pergi dari rumahku menuju rumah saudara-saudaraku. Karena aku belum sempat pamitan dengan mereka kalau hari ini aku akan berangkat ke Mesir. Sedangkan waktuku tidak banyak, hanya sampai sebelum waktu shalat jum’at tiba. Saudaraku juga banyak sekali karena keluargaku termasuk keluarga besar. Belum lagi guru-guru MI (Madrasah Ibtidaiyyah) ku, terus lagi guru-guru ngajiku. Pokoknya banyak deh.

Satu persatu rumah mereka sudah aku kunjungi sedangkan hari sudah semakin siang. Rasa lelah yang sangat tinggi sudah menyerang. Tapi masih ada satu rumah lagi yang belum dan harus aku kunjungi yaitu rumah nenekku. Walaupun lelah tapi aku harus tetap pergi ke rumah nenekku. Karena mamahku berpesan sebelum aku pergi. “kamu harus pergi ke rumah mak aji. Do’a orang tua itu insya ALLAH mustajab” Akhirnya tanpa mikir panjang lagi aku langsung berangkat menuju rumah nenekku.

Hanya butuh waktu beberapa menit saja akhirnya motorku bisa mngantarkanku ke rumah nenek.
“Huh… akhirnya sampe juga dirumah nenekku.” Keluhku dalam hati.
“Assalamu’alaikum…” kuucapkan salam pada orang yang ada didalam.
“Wa’alaikumsalam, eh kamu mal, masuk sini.” jawab encing (panggilan untuk paman bagi suku betawi) ku dari dalam.
Aku langsung menghampiri dan mencium tangan encingku yang sedang asyik maen dengan anaknya. Akupun langsung memberitahukan pada encingku maksud kedatanganku ini. Setelah itu aku menanyakan dimana nenek. Dan ketika itu encingku memberitahu bahwa nenek itu sedang kurang sehat dan sekarang sedang berbaring dikamarnya. Tanpa pikir panjang lagi akupun langsung menuju ke kamarnya untuk menjenguk sekaligus meminta do’a dan restu darinya. Oh iya hampir lupa. Kami cucu-cucunya tidak memanggil beliau dengan sebutan nenek tapi dengan sebutan mak aji.
“Tok,,,tok,,,tok,,, assalamu’alaikum” ku mengetuk pintu kamar nenekku.
“wa’alaikumsalam. Masuk…” jawab nenekku kemudian menyuruhku masuk.
“Mak aji…! Gimana kabarnya? Tanyaku sambil menghampirinya dan mencium tangannya.
“eeeehh elu tong…alhamdulillah emak sehat.” jawab nenekku dengan gaya omongan yang khas asli betawi.
Aku terpana melihat sosoknya yang sedang terbaring lemas tanpa tenaga di kasur. Aku tahu mak aji itu memang sudah lama sakit keras. Tapi beliau sangat sabar dan tegar menghadapi itu semua. Beliau tidak pernah mengeluh akan penyakit yang sedang menempel di tubuhnya.Bahkan ketika aku Tanya gimana kabarnya pun beliau tetap menjawab kalo dirinya itu sehat-sehat aja dan diiringi dengan seribu senyuman manisnya bahkan meskipun keadaannya sedang mengkhawatirkan sekali. Aku bangga sekali punya nenek seperti beliau. Nenek yang selalu berusaha membahagiakan siapapun yang ada disekelilingnya. Beliau juga yang selalu memberikan nasehat pada kami semua.

“Mak aji…!!! Aku mau pamit dan minta do’anya ya mak… insya ALLAH hari ini aku berangkat ke Mesir mak.”
“iya… belajar yang bener ya ntong emak selalu do’ain buat cucu-cucu emak. Elu jangan lupa juga do’ain emak ya!!!” kata mak aji berpesan.

Saudara-saudaraku memang sudah pada tau kalau aku akan melanjutkan studyku ke Mesir jadi mereka engga kaget saat aku pamitan dan minta do’a dari mereka. Karena mungkin orang tuaku yang memberitahukan pada mereka bahwa aku akan melanjutkan study ke Mesir.

Jarum jam terus berputar. Sudah lama juga aku ngobrol-ngobrol dengan nenekku tentang apa saja yang bisa menghibur nenekku. Dan waktu tak terasa sudah menjelang shalat jum’at. Aku harus pamit pulang untuk bersiap-siap shalat jum’at dan setelah shalat aku harus balik ke almamaterku tercinta Al-Amanah Al-Gontory untuk mengadakan acara perpisahan dengan adik-adik kelasku dan juga asatidzku.
“Mak… aku pulang dulu ya!!! Mau shalat jum’at nih mak.minta do’anya ya mak!!!” Pamitku sama nenek.
“Ya udah elu ati-ati ya tong!!!”
“iya mak. Emak juga jaga kesehatan ya!!!” pesanku untuk nenek.
“udaaah. Elu tenang aja tong” jawab nenek sedikit mengurangi kekhawatiranku akan keadaannya.
“ya udah mak… assalamu’alaikum”
“wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh”
“cing, aku pamit dulu ya!!!. Do’ain akmal y acing!!!” Aku pamit sama encingku yang masih main dengan anaknya.
“iya Mal. Belajar yang bener ya disana!”
“iya cing insya Allah, Assalamu’alaikum”
“Wa’alaikumsalam”

Dengan hitungan detik saja aku sudah cukup jauh dari rumah nenekku. Dan aku langsung pulang untuk melaksanakan shalat jum’at di salah satu masjid dekat rumahku sekalian juga aku pamitan sama sahabat-sahabatku dirumah.

Tak terasa hatiku mulai berdebar-debar. Karena sebentar lagi aku berpisah dengan seluruh orang yang sangat aku sayangi dan cintai. Aku akan jauh dari keluarga, saudara, sahabat dan semuanya. Yaaa walaupun hanya untuk sementara waktu tidak untuk selamanya. Tapi tetap saja aku akan merasa sangat sedih. Tapi tak apa lah.

Aku berangkat kebandara setelah selesai acara di almamater tercintaku. Banyak sekali yang mengantarku ke bandara. Keluargaku, saudaraku, bahkan sampai asatidzku juga ikut mengantarku sampai bandara.Akhirnya aku sampai di bandara Soekarno-Hatta. Kuambil Hp dari kantong celanaku dan kulihat jam menunjukkan pukul 19:30 WIB. Waktu itulah yang benar-benar menegangkan. Karena aku ngerasa pintu perpisahan sudah didepan mata. Waktuku semakin sempit saja untuk bisa berkumpul bareng keluarga. Tapi aku berpikir ini kan memang keinginanku untuk kuliah di Mesir jadi aku engga boleh begini terus. Aku yakin ini adalah jalan yang terbaik dari-Nya untukku. Aku dan teman-temankupun mulai sibuk ngurusin ini itu. Setelah beres semuanya Kutengok jam di Hpku lagi. Ternyata sudah menunjukkan pukul 12:15 dini hari. Waktuku dan teman-temanku untuk meninggalkan Negara tercinta hanya tinggal beberapa menit saja. Akhirnya waktu take off tiba. Kamipun berangkat dari Jakarta ke Dubai lalu menuju Cairo. Kucoba untuk menenangkan hatiku yang semakin berdebar-debar ini dengan melihat fhoto-fhoto keluargaku yang penuh dengan senyuman.

“Belajar yang bener ya nak… biar nanti pulang jadi orang yang bermanfaat buat masyarakat. Manfaatkan waktumu dengan sebaik mungkin.” Kata-kata inilah yang terbenak dalam pikiranku ketika mataku tertuju pada fhotoku bersama orang tuaku. “Akan kuingat selalu nasehat kalian dan tak’kan pernah kulupakan sampai kapanpun. Aku akan selalu berusaha agar kalian bangga padaku.” Muncullah semangat pejuang dalam diriku waktu itu..

Selama dipesawat aku lebih banyak diam dari pada ngobrolnya. Beda dengan teman-temanku yang lain. Mereka itu terlihat sangat senang sekali. Bahkan hampir tidak terlihat sedikitpun tanda-tanda kesedihan yang ada di wajah mereka semua. Dalam hati aku ingin sekali bercanda ria, tertawa, bercerita, tapi bayangan wajah keluargaku seakan-akan terus berputar-putar diatas kepalaku padahal aku sudah mencoba untuk menghilangkannya tapi tidak bisa. Aku berpikir mungkin kalau aku tidur bisa mengurangi itu semua. Akhirnya selama diperjalanan aku paksakan mataku agar terpejam walaupun agak sulit juga karena aku tidak begitu ngantuk saat itu. Dan tak terasa aku dan teman-temanku sampai di Cairo ternyata diluar sana sudah banyak yang sedang menunggu kedatangan kami. Merekalah yang akan membantu kami untuk mengurus pendaftaran ulang kami.

Waktu memang akan terus berputar. Tanpa memikirkan bagaimana, apa dan siapa yang ada dibelakangnya. Ia tidak peduli yang ia tau tugasnya adalah maju, maju dan maju. Sehari, seminggu, sebulan, terlewatkan begitu saja tanpa aku sadari. Sampai akhirnya tak terasa aku sudah 5 bulan berada di Mesir dan berpisah dari keluarga, saudara dan sahabat-sahabatku yang di Indonesia. Rasa rindu mulai tumbuh di dalam diriku. Rindu pada mereka semua yang telah berperan aktif dalam episode-episode kehidupanku selama ini. Rasanya ingin kuputar kembali film-film masa laluku untuk mengobati rasa rindu ini. Tapi… apakah mungkin???

Jum’at, 07 agustus 2009 pukul 15:30 waktu Cairo. Entah ada apa aku merasa hatiku sangat tidak tenang sekali. Aku merasa hari ini ada sesuatu yang terjadi. Tapi entah pada siapa dan apa yang terjadi??? Lalu kubuka FB lewat komputerku yang kebetulan sudah connect internet. Maksudnya sih biar pikiranku agak rilex aja sedikit. Tapi tak kusengaja sekilas kulihat status salah satu saudaraku bertuliskan “Innalillahi wa inna ilaihi roji’un” bukan rilex yang kudapatkan tapi malah rasa tidak enak itu yang muncul bahkan ini lebih menjadi-jadi. Aku langsung ingat nenek yang beberapa waktu lalu aku dikasih kabar bahwa nenekku masuk rumah sakit karena penyakit yang dideritanya selama ini semakin parah. Ya nenekku. Seribu pertanyaan mulai muncul didalam diriku. Apakah ada sesuatu yang terjadi dengan nenekku? Atau ada apa dengan saudaraku? Atau apa maksud dari ini semua? Langsung kukomentari status saudaraku itu “Siapa yang meninggal kak???”. Kutunggu balasan dari saudaraku itu beberapa menit. Tapi hasilnya nihil sampai setengah jam lebih aku menunggu tetap tidak ada balasan darinya. Ya sudah aku positif thinking aja dan berdo’a semoga tidak terjadi apa-apa pada keluargaku. Semoga semuanya baik-baik saja seperti biasa.

Akhirnya aku memutuskan untuk ikut pengajian bersama teman-teman di salah satu rumah kakak kelasku. Waktu itu kalau engga salah ngaji mustholahul hadist dengan seniorku. Selesai ngaji itu kira-kira ba’da maghrib. Lalu aku pergi berkunjung kerumah temanku karena ada sedikit urusan yang harus aku kerjakan malam itu juga. Selesai mengerjakan tugas aku langsung pamit pulang. Biasanya aku pulang itu naek taxi atau mobil angkot yang biasanya disebut “Tramco”. Yaaa… meskipun sebenernya jalan kaki juga bisa sih karena jarak dari rumah temen aku ke rumahku itu engga terlalu jauh. Tapi aku lebih milih naek taxi atau tramco. Walaupun nunggunya itu lama dan lumayan bikin kesel juga. Tapi tetep aku mau nungguin tramco biar sampe rumah lebih cepet juga.

Aku sampe dirumahku yang super tinggi dan super panas itu pas jam 23:00. karena rumahku itu paling tinggi tingkat 6 udah gitu engga ada liftnya lagi huh... Tapi aku bawa enjoy aja sih. Setelah kubuka pintu ternyata teman-teman satu rumahku sudah pada tidur. Akhirnya aku langsung nyalain komputer yang ada dikamarku dan langsung kubuka FB karena aku masih kepikiran sedikit tentang status saudaraku tadi siang. Aku berpikir mungkin sudah dibalas komentar aku tadi. Aku Cuma mau tw aja bener apa engga dugaanku kalau terjadi sesuatu pada nenekku atau keluargaku. Ternyata ada satu pesan masuk di FBku. Langsung aku buka dan ternyata pesan itu dari saudaraku isinya “Inna lillahi...R.I.P Our beloved grandma,,” aku kaget banget ketika membaca pesan itu. Aku sempat engga percaya. Aku menganggap kalo itu Cuma bercanda. Tapi aku baru benar-benar yakin setelah membaca kiriman dari saudaraku juga yang ada di dindingku. Aku masih ingat sekali saudaraku mengirimkan “Mal mak aji udah g ada”. Setelah baca kiriman itu tubuhku terasa lemas sekali, tanganku gemetar, air mataku pun keluar dengan sendirinya tanpa ada yang mengomandani. Padahal selama ini aku tidak pernah mengeluarkan air mataku. Tapi malam ini!!! Aku sadar air mata itu memang tidak besar juga tidak banyak. Tapi ketika ia hendak ingin keluar siapa yang bisa membendungnya?

Setelah lumayan lama aku menangisi kepergian nenekku untuk selamanya. Aku bangun dari tempat dudukku, ku berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu lalu kulaksanakan shalat ghoib sendiri, ku berdo’a pada yang maha kuasa semoga ruhnya diterima, semoga ALLAH mengampuni segala dosa-dosa nenekku dan memberikan tempat yang mulia baginya. Wajahnya yang cantik masih terus membayangi pikiranku. Jujur… aku masih belum bisa menerima ini, aku masih belum bisa mengikhlaskannya. Tapi aku akan terus berusaha untuk menerima dan mengikhlaskan kepergian nenekku. Biar bagaimanapun juga setiap makhluk yang bernyawa itu pasti akan menghadapi yang namanya maut “kullu nafsin dzaaiqotul maut”.

Pagi yang cerah akhirnya menghampiriku, yang selalu dihiasi oleh senyuman mentari sehingga terlihat begitu indah. Tapi bagiku pagi ini terasa mendung sekali. Terasa diriku dikejar-kejar oleh kesedihan. Akhirnya aku memutuskan untuk nelpon ke rumahku. Aku harus ngomong sama keluargaku. Aku butuh pencerahan dari mereka. Aku butuh nasehat dari mereka agar aku bisa menghadapi ini semua. Aku nelpon bukan lewat Hp karena engga mungkin aku bisa ngobrol panjang kalo pake Hp. Tapi aku pake program khusus wat nelpon ke luar negeri yaitu “Smartvoip” kebetulan punyaku masih ada pulsanya. “+6221732xxxx” kupencet no rumahku ini dan tidak lama kemudian ada suara adikku yang kedengaran seperti orang lagi sakit, lemas dan tak bertenaga. Tapi aku tau adikku ini bukan sakit melainkan sedih sebagaimana yang aku rasakan. Karena kami telah ditinggalkan oleh nenek kami tercinta untuk selamanya.
“Hallo... assalamu’alaikum” adikku mengucap salam duluan dengan suara yang lemah.
“Wa’alaikumsalam…” jawabku dengan suara yang lemah juga.
“ini siapa ya???” Tanya adikku yang bernama ulfah.
“ini kak akmal fah… gimana mak aji? Udah di kubur apa belom?”
“Owh kak akmal… udah kak. Baru aja selesai. Kakak mau ngomong sama kak fifie?” adikku menawarkanku untuk berbicara pada kakak perempuanku. Mungkin karena dia tidak sanggup berbicara banyak.
“ya udah mana fah?”
Adikku langsung memanggil satu-satunya kakak perempuanku. Karena dari lima kakak yang perempuan Cuma satu.
“assalamu’alaikum bang” salam kakakku
“wa’alaikumsalam… ini kak fifie?” tanyaku.
“iya mal… gimana kamu dah dapet kabar?”
“udah kak dari Rara (salah satu saudaraku)”
“ya udah kalo udah tau mah. Kamu yang sabar ya mal!!! Do’ain mak aji aja semoga diterima amal ibadahnya, semoga beliau dikasih tempat yang mulia oleh ALLAH SWT.” Kakakku mencoba untuk menenangkanku.
“Amiin” hanya itu kata yang keluar dari mulutku.
“ya udah kamu sabar aja mal… kita semua juga lagi pada sedih nih. Kamu banyak-banyak do’a aja buat mak aji ya disana. Entar malem semua saudara pada ngaji dirumah mak aji. Kamu ngaji ya disana!!!” nasehat dan pesan kakakku.
“iya kak insya ALLAH. Ya udah kak salam aja buat semua keluarga dari akmal ya!!! Assalamu’alaikum.” Aku tidak mau berbicara lama dengan keluargaku. Aku takut justru malah tambah sedih nantinya.
“iya. Wa’alaikumsalam.” Jawab kakakku.

Aku berpikir sejenak. Kurenungi semua kejadian yang menimpa keluargaku hari kemarin. Dari hari dan tanggal meninggalnya nenekku jum’at 07-08-09 (07 Agustus 2009). Hari yang sama ketika aku terakhir melihat nenek dan pamit pada beliau yaitu hari jum’at meskipun tanggalnya jelas berbeda. Hari jum’at hari yang sangat mulia bagi orang islam. Hari yang terkenal dengan sebutan “sayyidul ayyam”. Hari yang paling suci dibandingkan dengan hari-hari lainnya. Tanggal, bulan, dan tahunnya kalau kita tulis dengan angka akan menjadi urutan angka yang pas yaitu “070809”. Waktunya pun tak kalah indah. Setelah adzan isya selesai dikumandangkan nenekku menutup mata untuk selama-lamanya dengan dibarengi senyuman yang terlihat dibalik raut wajahnya yang sangat cantik ketika itu.

Aku tidak mengerti tentang ini semua. Aku seperti bayi yang baru lahir yang tidak tahu apa-apa. Timbullah beberapa pertanyaan dalam diriku. Apa maksud dari ini semua??? Apa rahasia ALLAH kali ini??? Apakah ini pertanda baik untuk nenekku??? Ataukah???. Entah apa yang terjadi dengan nenekku di alam sana. Aku, keluargaku, saudaraku, sahabatku dan siapapun tidak akan pernah ada yang tau apa yang terjadi pada nenekku di alam sana. Sampai kapanpun tidak akan pernah ada yang tau. Kecuali ALLAH SWT.

Terlintas dalam pikiranku tentang masa lalu. Lima bulan yang lalu, hari yang sama dengan tanggal yang berbeda aku harus berpisah dengan seluruh orang yang aku sayang dan yang aku cinta. Berpisah bukan untuk beberapa hari atau bulan saja. Tapi berpisah untuk beberapa tahun. Meskipun sadar akan perpisahan yang hanya sementara ini tapi hati tidak bisa dibohongi lagi sedih tetaplah sedih. Dan bulan ini dengan hari yang sama aku justru harus berpisah untuk selama-lamanya dengan wanita cantik. Wanita yang sudah benar-benar sangat berperan aktif dalam setiap episode kehidupanku. Wanita yang selalu meluruskanku ketika aku khilaf. Tapi kini sudah tiada. Semua hanya tinggal bingkai saja. Bingkai yang tertanam didalamnya kenangan-kenangan bersamanya. Kini hanya do’alah yang dapat kuberikan untuk menemaninya di alam sana.

Setelah ku berpilir, akhirnya aku sadar inilah salah satu dari sekian banyaknya rahasia ilahi yang ada dalam kehidupan manusia. Semua ini sudah di atur oleh Sang Maha Kuasa. Semua sudah ada jalannya masing-masing. Kalau memang ini yang harus kuhadapi kenapa tidak??? Aku harus mencoba mengikhlaskan kepergiannya. aku sadar siapapun dan apapun jabatannya kita tetap milik ALLAH, dan hanya kepada-Nyalah kita akan kembali. Jadi kapanpun kita kehilangan sesuatu yang memang bukan milik kita dan sesuatu itu sudah menjadikan hidup kita ini indah kita harus bisa dan mencoba untuk mengikhlaskannya. “Laa yukallifullaha nafsan illa wus’aha”.

__---__THE END__---_

0 komentar:

Posting Komentar